logo
×

Senin, 14 Desember 2015

Benang Merah Pejabat Gengster di Pusaran Freeport

Benang Merah Pejabat Gengster di Pusaran Freeport
Ketua DPR RI, Setya Novanto dan Menteri ESDM Sudirman Said.
NBCIndonesia.com - Rekaman suara antara Ketua DPR-RI Setya Novanto dengan Presdir PT Freeport Indonesia (PT FI) Maroef Sjamsoeddin beserta pengusaha minyak Riza Chalid terkait pembahasan perpanjangan Kontrak Karya PT FI menyeret beberapa nama pejabat hingga penguasa di negeri ini.

Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli menyebut, kegaduhan politik yang diakibatkan adanya perebutan saham di perusahaan tambang asal Amerika Serikat, sebagaimana yang terungkap dalam rekaman Setnov tersebut ibarat sinetron antar geng yang kadang perang, kadang berdamai.

Lalu, kalau rekaman Setnov itu dikorelasikan pada sinetron antar geng, berarti nama Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, pengusaha Reza Chalid, dan beberapa nama lainnya menjadi aktor dalam sinetron itu? Pasalnya, nama-nama tersebut kerap disinggung dalam perbincangan di kawasan Pacific Place Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta, Senin, 8 Juni 2015 sekitar pukul 14.00 WIB-16.00 WIB.

Kemudian pertanyaannya, kalau ini disebut sinetron antar geng, siapa saja pejabat yang masuk dalam geng itu?

Mari kita mulai dari Sudirman Said selaku Menteri ESDM yang melaporkan rekaman Setnov ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Sudirman mengaku mendapat rekaman itu dari Presdir PT FI, Maroef Sjamsoeddin. Artinya, kedua pejabat ini patut diduga sudah saling kenal. Dengan demikian bisa dibilang satu geng.

Maroef yang juga mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) adalah adik kandung dari mantan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsuddin.

Sebelum menjadi Wakil Kepala BIN, Maroef telah  menjalani karirnya sebagai prajurit TNI Angkatan Udara selama 34 tahun. Ia menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas, Atase Pertahanan RI untuk Brasil, Direktur Kontra Separatis BIN, Sahli Hankam BIN.

Maroef bersama Mayjen (Purn) Sumartono memiliki perusahaan penyedia jasa keamanan. Perusahaannya yang bernama PT Harmoni Sinergi (HS) itu tercatat menjadi  vendor dari Freeport Indonesia untuk jasa keamanan.

Namun, terpilihnya Maroef sebagai Presiden Direktur PT FI pada 7 Januari 2015 menggantikan Rozik B Sudjipto bukan karena kerja sama penyediaan jasa pengamanan. Posisi Maroef sebagai orang nomor satu di perusahaan tambang asal negeri Paman Sam itu  tidak lepas dari upaya Jusuf kalla (JK), Sudirman Said, dan Sjafrie Sjamsoeddin yang tak lain adalah kakak kandung Maroef. Bagaimana bisa?

Begini ceritanya. Sebenarnya orang yang sangat dekat dengan Sudirman Said bukanlah Maroef, namun Sjafrie Sjamsoeddin. Saat Sudirman Said menjabat sebagai Direktur Utama PT Pindad, perusahaan plat merah itu langsung dibawah tanggung jawab Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin pada masa pemerintahan SBY-Boediono.

Lalu apa hubungannya Sjafrie Sjamsoeddin dan Jusuf Kalla (JK)? Nah, hubungannya purnawirawan Jenderal TNI AD bintang tiga ini memiliki ikatan kedaerahan tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Selain itu, Sjafrie juga tercatat sebagai tim persiapan JK untuk menjadi presiden di tahun 2014, Sjafrie berada di tim persiapan ini diberitakan pada tahun 2012 ketika menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan SBY-Boediono. Jadi tak heran bila adik kandung Sjafrie Sjamsoeddin bisa direkomendasikan JK di PT FI.

Penempatan Maroef sebagai Presdir di PT FI diduga bagian dari skenario yang sudah dirancang sejak lama. JK ditengarai pernah membentuk tim lobi yang diketuai oleh Sofyan Wanandi. Tim itu memiliki misi untuk memastikan agar Mou antara pemerintah RI masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan PT Freeport dibatalkan dan ditunda sampai pemerintahan baru terbentuk Oktober 2014.
Misi Sofyan Wanandi berhasil. Freeport setuju untuk membatalkan MoU itu dan menunggu hingga Jokowi-Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Kemudian, JK dikabarkan mulai merancang skenarionya. JK ingin agar orang nomor satu di ESDM adalah orangnya. Demikian juga di jajaran Freeport Indonesia haruslah orang yang mendukung rancangan bisnisnya.

Agar skenarionya berjalan mulus, JK kemudian meminta kepada Presiden Jokowi untuk menunjuk Sudirman Said sebagai Menteri ESDM. Jokowi yang tak tahu skenario itu menyetujuinya. Dengan masuknya Sudirman Said, maka skenario perancangan bisnis Kalla pun mendapat kemudahan. Selanjutnya agar Freeport Indonesia lebih mudah didekati, maka JK meminta petinggi Freeport pusat, James Moffett, untuk mengganti jajaran Direksi Freeport Indonesia. Pihak Freeport pusat menuruti kemauan Kalla dan menunjuk Maroef Sjamsoeddin.

Penunjukkan Maroef semakin menguatkan skenario. Kendali kebijakan lewat Sudirman Said melalui suratnya atas nama Menteri ESDM bernomor 7522/13/MEM/2015 kepada Freeport, yang isinya memberi angin segar terhadap perpanjangan kontrak karya dengan PT Freepot Indonesia sebelum 2019 dan kendali operasional lewat Maroef Sjamsoeddin. Beruntung Jokowi dengan cerdas mencium gelagat tidak enak terkait nafsu besar JK plus Sudirman Said untuk memperpanjang kontrak Freeport itu. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak sepakat dengan perpanjangan Kontrak Karya PT FI sebelum 2019.

Jika JK dan Sudirman Said bisa meyakinkan Jokowi, maka peluang bisnis di Freeport bisa digarap mereka. Perusahaan JK seperti Bukaka Group, Bosowa Group, Indika Group akan berbagi untuk memasok semen untuk pembangunan; penerangan tambang bawah tanah, bahan peledak, pembangkit listrik tenaga air dan sebagainya.

Geng lainnya adalah Setya Novanto dan Luhut Binsar Panjaitan. Setelah skenario JL gagal, Setya Novanto mencoba masuk dan menawarkan bantuan kepada pihak Freeport.  Caranya, Novanto yang sudah mempunyai hubungan baik dengan Luhut berasumsi bahwa Luhut dapat meyakinkan Jokowi untuk memperpanjang kontrak Freeport itu. Tawaran bantuan dari ketua DPR itu disambut baik oleh pihak Freeport yang sudah frustrasi melihat cara kerja Sudirman Said. Hal ini kemudian terbukti atas pertemuan pertama Freeport dengan Setya Novanto di gedung DPR.

Bersama Reza Chalid, Novanto pun diketahui beberapa kali bertemu dengan pihak Freeport. Agar lebih meyakinkan Freeport, Novanto yang sudah dekat dengan Luhut, tanpa ragu mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden dan juga nama Luhut sendiri (orang kepercayaan Jokowi).

Ternyata Novanto justru ketiban sial. Presdir Freeport, Maroef Sjamsuddin diam-diam merekam pembicaraan Novanto yang meminta bagian saham itu. Maroef kemudian menyerahkan rekaman itu pada sahabat kakaknya, yakni, Sudirman Said untuk menyelamatkan mukanya di depan Jokowi, lantaran pernah disemprot oleh Jokowi. Rekaman pembicaraan Novanto itu dilaporkan kepada Jokowi. Hasilnya, Jokowi marah besar dan mendorong Sudirman Said melaporkan pencatutan itu ke MKD DPR. Sudirman Said pun muncul seperti pahlawan kesiangan di atas penderitaan Setya Novanto.(rmn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: