
NBCIndonesia.com - Pendiri lembaga survei Cyrus Network, Hasan Nasbi mengaku menelpon Sunny Tanuwidaja setelah dicegah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja alias Ahok tersebut dicegah bepergian keluar negeri selama enam bulan ke depan.

“Sunny saya hubungi barusan ketawa-ketawa saja. Meski bingung, dia bakal ikuti keinginan KPK. Cerita apa adanya,” katanya melalui akun Twitter, @datuakrajoangek.
Hasan belum lama ini mengaku memberikan sumbangan uang sebesar Rp 500 juta kepada Teman Ahok, sebuah relawan yang mengusung duet Ahok-Heru Budi Hartono di Pilgub DKI 2017. Markas Cyrus Network dan Teman Ahok sama-sama di Graha Pejaten, Jakarta Selatan, yang merupakan lahan milik Pemprov DKI.
Hasan mengatakan, Sunny ternyata tidak mengahu sampai harus dicegah KPK. “Dia bingung kenapa lompat ke dia. Lah Balegda belum ada yang jadi tersangka atau dicegah. Perda zonasi kan urusan mereka,” kata Hasan menirukan perbincangan dengan Sunny.
Selanjutnya, kata Hasan, Sunny akhirnya hanya bisa pasrah dicegah KPK keluar negeri. “Tapi dia bilang ya sudahlah hadapin aja. Ini mungkin risiko dan jalan yang haris ditempuh,” ujarnya.
Gara-gara itu, Hasan mengaku banyak dihubungi wartawan untuk mengetahui keberadaan Sunny. Namun, ia malah curiga dengan pertanyaan para wartawan. "Pertanyaan semua wartawan sama saya malam ini semua seragam. 1. Sunny apa kabarnya? 2. Sejak kapan kenal sama Sunny? Ada yang pesan hehe."
Berdasarkan pengakuan Krisna Murti, kuasa hukum Mohamad Sanusi yang ditangkap KPK, Sunny bertugas menjembatani pihak eksekutif, legislatif, dan pengusaha dalam pembahasan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Tata Ruang (RTR). Dua Raperda itu terkait dengan pembangunan reklamasi di Teluk Jakarta, yang salah satunya dikerjakan anak perusahaan PT Agung Podomoro Land.
Ahok tetap berkukuh Sunny tidak pernah terlibat dalam proyek yang digarap Pemprov DKI. Dia juga mengaku, Sunny merupakan anak magang yang sudah ikut dengannya untuk menyelesaikan disertasi kuliahnya di Amerika Serikat.
"Sunny tidak pegang proyek apa pun. Lagi pula, dia (Sunny) bukan staf khusus atau anak magang juga," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (7/4) malam.
Ahok melanjutkan, ia belum mengetahui peranan Sunny dalam Raperda Zonasi dan Tata Ruang yang hendak digodok belakangan ini bersama DPRD DKI. Namun, ia memastikan Sunny kerap bertemu pengusaha. "Saya dengar Sanusi nyebutin nama. Sunny juga sering ketemu pengusaha," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha menjelaskan, Sunny dicegah dalam kasus suap reklamasi di Teluk Jakarta bersama Direktur Agung Sedayu Group Richard Halim Kusuma.
"KPK melakukan pencegahan kepada dua orang itu. Tujuannya, jika sewaktu-waktu penyidik membutuhkan keterangan keduanya, yang bersangkutan tidak sedang berada di luar negeri," ujar, di gedung KPK, Jakarta, Kamis (7/4). (rol)