
Pertama, soal Letjen Suryo Prabowo, saya tak yakin dia rasis. Pak Suryo adalah seorang Katolik (ada yang bisa mengkonfirmasi ini?), alias minoritas di Indonesia. Kenapa dia harus bersikap rasis kepada Ahok, sesama minoritas. Ini tidak masuk akal.
Biasanya seorang minoritas (baik dari segi warna kulit, suku bangsa, agama, dllnya) akan mencari sesama minoritas di sebuah masyarakat mayoritas karena mempunyai kemiripan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Saya pernah mengalami hal yang sama ketika tinggal cukup lama di dua negara Barat. Di Amerika, saya akan akrab dengan kawan-kawan yang berkulit hitam yang baru datang dari Afrika, begitu pula sebaliknya. Pak Jakob Oetama yang Katolik mencari P.K. Ojong yang Tionghoa sebagai partner dalam mendirikan Kompas. Ini hanya sedikit contoh, dan kita bisa menambahkannya bila berkaca pada pengalaman sehari-hari.
Kalau begitu, peringatan Pak Suryo yang sudah jenderal bintang tiga itu rasa-rasanya adalah peringatan yang tulus dari sesama minoritas. Saya agak susah berpendapat lain.
Nah, sekarang yang kedua, soal Yusron Ihza Mahendra, apakah dia rasis? Dia cuma mengutip Pak Suryo. Apakah orang yang mengutip orang lain bisa dikategorikan sebagai rasis? Saya kok kurang yakin juga.
Kawan-kawan yang menuduh Pak Yusron rasis kelihatannya susah untuk tidak mengaitkan posisinya sebagai adik kandung Yusril yang sekarang berusaha menjadi Cagub DKI.
Saya kutipkan isi twit lengkap Yusron: “Nasehat Jendral bintang 3 ini pantas direnungkan: Jika sayang dg etnis Cina yg baik, miskin & tdk bisa lari ke LN jika ada kerusuhan etnik mk mohon Ahok tdk arogan dlm memerintah. Kasihan dg Cina2 lainnya yg miskin, baik & tdk salah jika mrk jd korban: (lalu disertai link berita mengenai pernyataan Pak Suryo)”.
Orang yang berpikiran netral dan menemukan kebenaran dalam peringatan tersebut bisa jadi menganggapnya tidak rasis. Tetapi bila mereka yang sudah terbawa riuh-rendahnya Pilkada DKI, memang agak susah menjadi orang yang netral.
Silakan kalau kawan-kawan punya pendapat beda dengan saya. (ts)