logo
×

Jumat, 19 Agustus 2016

Doa di Paripurna Bukan Soal Pantas atau Tidak, Pihak yang Tidak 'Merasa' Tersindir Seharusnya Tak Kebakaran Jenggot

Doa di Paripurna Bukan Soal Pantas atau Tidak, Pihak yang Tidak 'Merasa' Tersindir Seharusnya Tak Kebakaran Jenggot

Nusanews.com - Berita terkait polemik Doa penutup pada saat sidang Paripurna pembacaan Nota Keuangan yang disampaikan oleh politisi Gerindra Muhammad Syafii menjadi topik sensitif yang kini hangat diperbincangkan.

Berikut isi dari doa penutup pada sidang paripurna pembacaan nota keuangan Presiden Jokowi:

“Seperti mata pisau yang hanya tajam ke bawah, tapi tumbuh ke atas sehingga mengusik rasa keadilan bangsa ini. Wahai Allah, memang semua penjara overcapacity tapi kami tidak melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir ya Allah.

Kami tahu pesan dari sahabat Nabi Nuh bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan yang baik yang bisa menekan kejahatan-kejahatan itu.

Biarlah kehidupan ekonomi kami, Bung Karno sangat khawatir bangsa kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini, sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa terjadi. Lihatlah Allah. Bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan kulinya adalah bangsa kami. ya rabbal alamin.

Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. kami juga belum tahu bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu ketika bangsa lain menyerang bangsa kami. Ya rahman ya rahim tapi kami masih percaya kepadaMu, bahwa kami masih menadahkan tangan kepadamu artinya engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Allah YME.

Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.

Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan Allah di negara ini rakyat ini outsourcing, tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.

Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5000 kepala keluarga sengsara dengan perlakuan aparat negara. Allah lindungilah rakyat ini, mereka banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan pemerintahan. Allah kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah taubat mereka ya Allah. tapi kalau mereka tidak brtaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negara ini Ya Allah..

Berikut Video dari Doa yang ‘mengemparkan’ Hati pejabat dan penguasa di negeri ini.




Setelah acara tersebut, pembacaan doa menjadi polemik karena dianggap menyindir Presiden Jokowi dan Gubernur Ahok.

Semua pihak yang memang mendukung kebijakan pemerintahan Jokowi yang tidak pro rakyat, menganggap Doa yang dibacakan adalah sebuah tindakan yang kurang pantas dan kurang etis, karena dibacakan pada waktu semua mata nasional melihatnya.

Sementara bagi pihak yang mengkritik pemerintahan Jokowi, pembacaan doa ini seolah memberikan pencerahan mengenai kondisi bangsa dan negara saat ini, agar semua pihak paham dan tidak saling tutup menutupi persoalan bangsa yang ada dan sedang dihadapi saat ini.

Diluar pantas atau tidak pantas, pembacaan doa tersebut bagi pihak yang tidak ‘merasa’ tersindirkan seharusnya bersikap tidak berlebihan kecuali memang ada pihak yang ‘merasa’ disindirkan sesuai isi doa tersebut, mungkin pantas kini seolah bersikap kebakaran jenggot. (ln)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: