logo
×

Jumat, 26 Agustus 2016

Ironis, Benjolan di Wajah Anak Peserta BPJS Klas I Tak Bisa Ditangani

Ironis, Benjolan di Wajah Anak Peserta BPJS Klas I Tak Bisa Ditangani

Nusanews.com - Dua tahun sudah Rini Permatasari hidup tanpa keriangan seperti teman-teman sebayanya. Hal ini dikarenakan benjolan yang menutupi wajahnya sudah mencapai 80 persen.

Penyakit langka bernama Suspectra Hemorgiolymphasiona itu harus di derita Rini sejak lahir hingga usianya yang akan menginjak dua tahun pada 11 September 2016 mendatang.

Malang tak dapat di hadang, penderitaan bocah lucu yang memiliki saudara kembar bernama Rina Permatasari belum mendapatkan pertolongan medis yang memadai karena keterbatasan biaya.

Sang ayah, Andi Putra, bercerita bahwa putrinya tak pernah mengeluh sakit. Ketika usia kelahirannya baru menginjak tiga hari, Andi membawa sang putri ke RSUD dr Dradjat Prawiranegara di Kota Serang untuk berobat, namun pihak rumah sakit mengaku tidak mampu menangani dan menyarankan keluarga membawa Rini ke RSCM.

Selang satu minggu, dengan bekal seadanya dan kartu BPJS Klas I, Andi mengikuti saran dokter RSUD Kabupaten Serang. Namun sayang, di RSCM ruang operasi dinyatakan penuh dan Andi diharuskan menunggu sembari aktif menanyakan ruang operasi yang kosong di rumah sakit nasional tersebut.

"Kartu BPJS saya terdaftar kelas satu. Tapi ketika di RSCM malah ditulis kelas dua. Akhirnya kita disuruh nunggu karena ruang operasi penuh dan dikasih nomor telepon. Waktu itu nomor telepon yang dikasih RSCM susah dihubungi," kata Andi, Jumat (26/08/2016).

Karena keterbatasan biaya dari gajinya sebagai guru honorer di salah satu sekolah di Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Andi pun harus mengurungkan niatnya membawa sang buah hati berobat.

"Akhirnya dirawat di rumah kakeknya, Iyad (nama kakeknya). Tapi Rina tinggal sama kami di Desa Sujung, Kecamatan Tirtayasa," terangnya.

Di rumah kakeknya yang beralamat di Kampung Pontang, RT 10 RW 04, Desa Pontang, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten, Rini sang balita malang tak pernah mengeluh sakit. Rini hanya menangis ketika lapar dan mengantuk saja.

"Paling kalau nangis cuma pas laper saja sama ngantuk. Kebetulan tiga hari kemarin dia abis sakit panas (demam). Alhamdulillah sekarang tinggal batuknya aja. Biasanya main sama teman-temannya," ujar Iyad, sang kakek, Jum'at (26/08/2016).

Dengan berlinang air mata, sang kakek berharap bantuan dari pemerintah untuk mengobati cucu nya agar bisa sembuh dan cerita seperti anak-anak seusianya.

"Siang malam selalu kepikiran, saya enggak kuat ngeliatnya, selalu kepikiran. Kami berharap pemerintah memberi bantuan agar Rini secepatnya diobati," tegasnya. (rn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: