
NUSANEWS - Pernyataan pers Presiden Jokowi di istana negara terkait adanya aktor politik yang menunggangi aksi demo bela Islam 4 November disesalkan sejumlah kalangan tak terkecuali kalangan anggota DPR RI.
"Ciri pemimpin yang bertanggung jawab itu tidak mencari kambing hitam. Dia cari penyebabnya apa, kemudian memberikan solusi, itulah sebaik-baik pemimpin," tandas ketua Komisi XI Achmad Hafisz Tohir saat dihubungi TeropongSenayan di Jakarta, Minggu (06/11/2016).
Sebenarnya, lanjut dia, demo umat Islam kemarin tidak berlebihan dan sederhana saja tuntutannya.
"Kan sederhana saja, Ahok periksa, dan sebagai presiden dia harus bisa mengambil hati pemilihnya dulu sewaktu Pilpres. Kan kemarin yang demo itu rakyat proletar semua, kelas menengah sedikit sekali, bahkan elitenya hanya ulama bukan gerbong politik yang punya kepentingan. Rakyat proletar itu 75% pendukung Jokowi kemarin itu. Karena rakyat proletar terkesima dengan politik pencitraan Jokowi yang suka masuk 'got'," sindir politisi PAN ini.
Menurutnya, pernyataan Jokowi dapat berimbas pada stabilitas politik kedepannya.
"Jelas, politik NKRI akan semakin keruh dengan statemen Jokowi yang tidak bijak seperti itu. Jokowi mau maen save, tapi sayang dia gak sadar bahwa selama ini dia telah berlakukan standard ganda," tegas dia.
Aneh, kata dia, Pembakar Masjid di Papua dia terima di Istana. Ulama-ulama yang mendemo sang penista agama malah dia tolak di Istana.
"Kita sekarang jadi tahu siapa sebenarnya Jokowi. Ulama-ulama yang datang kemarin itu hadir dari Sabang sampai Merauke, masa dilecehkan oleh sang pemimpinnya sendiri? Kalau sudah dari Sabang sampai Merauke itukan miniaturnya Indonesia (Bhinneka tunggal Ika). Bhinneka Tunggal Ika hadir ke istana kok ditolak? Itu sama saja dengan mengoyak Bhinneka itu sendiri," tandas eks ketua Komisi VI DPR RI ini.
Menurutnya, Jokowi belum menyadari bahwa republik ini sedang krisis multi dimensi.
"Jokowi mestinya berperan kuat untuk mengatasi krisis multi dimensi yang sedang terjadi saat ini. Secara konstitusional Presiden sebagai kepala negara harus tampil sebagai problem solver, bukan malah memperkeruh situasi dalam hal kasus penistaan agama ini oleh Ahok,".
"Pemimpin itu harus selalu tampil di depan, kemenangan Jokowi dalam Pilpres kemarin sedikit memberi harapan untuk Indonesia yang lebih baik, kini setelah Jokowi menjadi Presiden, kita jadi miris melihat siapa Presiden kita ini sesungguhnya," pungkas dia. (ts)