
NUSANEWS - Kapolri Tito Karnavian menjelaskan bahwa Aksi Bela Islam II pada Jumat (4/11) lalu sesungguhnya berjalan kondusif.
Namun di barisan sebelah kiri Istana Negara, tepatnya ba'da Shalat Isya, mulai terjadi pelemparan barang-barang berbahaya ke arah 22 ribu petugas yang berjaga-jaga.
"Pada 4 November, setelah selesai Shalat Isya, ada barisan sebelah kiri lakukan pelemparan dan menyerang petugas menggunakan barang-barang berbahaya, diantaranya bambu runcing, sehingga ada 18 anggota Polri yang luka," ungkapnya dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/12).
Para petugas yang mendapatkan perlawanan dari para pendemo kemudian melakukan upaya pembelaan diri dengan menembakkan gas air mata dan water canon.
"Memang Kapolri yang memimpin bersama Panglima TNI. Saya meminta pada anggota Polri untuk hentikan tembakan gas airmata dan minta pendemo mundur," akunya.
Namun setelah massa mundur, dan anggota Polri mengentikan tembakan gas air mata dan water canon, tak lama kemudian massa kembali maju dan melakukan pelemparan lagi. Karena itu, meski sudah mendapatkan perintah untuk menghentikan tembakan, anggota kepolisian yang mengamankan Istana Negara kemudian kembali mengeluarkan tembakan.
"Kalau sampai ada yang katakan kenapa sudah ada perintah dari kapolri hentikan tembakan, kenapa terus berlanjut. Yang terjadi adalah saya perintahkan dua pihak, yaitu anggota polti agar gentikan gas, pendemo diminta mundur. Tembakan dihentikan, pendemo yang mundur maju lagi, tembak lagi, sehingga bubar," bebernya.
Lebih lanjut Tito mengatakan, pendemo yang bubar dari Istana Negara pun kemudian bergerak menuju DPR. Disana, mereka pun diterima oleh Ketua MPR dan beberapa Anggota DPR.
"Mereka bergerak menuju DPR. Dialog difasilitasi Ketua MPR dan anggota, termasuk Komisi III, didengar aspirasinya, mereka mulai meninggalkan tempat. Disiapkan kendaraan, saya hubungi Menhub, diberikan 25 bis. Situasi selesai dengan aman meskipun kita sayangkan ada konflik, insiden yang sebetulnya tak perlu terjadi malam itu," tutupnya. (rmol)