
NUSANEWS, JAKARTA - Pertemuan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, sangat mungkin menjadi awal terbentuknya poros baru untuk Pilpres 2019.
Meski satu suara dan seide, namun pertemuan tersebut bukan jaminan penuh Gerindra dan Demorat bakal ‘nikah’ alias berkoalisi untuk Pilpres 2019 mendatang.
Akan tetapi, pertemuan tersebut bisa jadi penanda dimulainya persaingan untuk menyambut pesta demokrasi pada 2019.
Pertemuan Prabowo-SBY itu juga melahirkan isu, gosip, spekulasi, analisis dan utak-atik berkenaan siapa akan berkoalisi dengan siapa.
Selain itu, hitung-hitungan kekuatan pun telah dimilai usai pertemuan semalam.
Berikut skenario poros dan hitung-hitungan kekuatan di Pilpres 2019 usai pertemuan Prabowo dan SBY seperti dilansir Jawa Pos
Skenario Dua Poros
1. Poros Partai Pemerintah:
Capres: Joko Widodo
Kekuatan:
PDIP: 109 kursi
Golkar: 91 kursi
Nasdem : 35 kursi
Hanura: 16 kursi
PPP : 39 kursi
PKB : 47 kursi
PAN: 49 kursi
Total: 386 kursi atau 68,93 persen
2. Poros Partai Non Pemerintah
Capres: Prabowo Subianto
Kekuatan:
Gerindra: 73 kursi
PKS : 40 kursi
Demokrat : 61 kursi
Total: 174 kursi atau 31,07 persen
Skenario dua poros akan terjadi jika:
1. Gugatan presidential threshold 20-25 persen tidak dikabulkan MK.
2. Koalisi pemerintah bisa menjaga soliditas partai koalisinya.
3. Demokrat sepakat untuk bergabung dengan koalisi Gerindra-PKS yang sudah solid.
Skenario Tiga Poros
1. Poros Partai Pemerintah
Capres: Joko Widodo
Kekuatan:
PDIP: 109 kursi
Nasdem: 35 kursi
Hanura: 16 kursi
PPP: 39 kursi
PKB: 47 kursi
Total: 246 kursi atau 43,94 persen
2. Poros Partai Non Pemerintah Plus PAN
Capres: Prabowo Subianto
Kekuatan:
Gerindra: 73 kursi
PKS: 40 kursi
PAN: 49 kursi
Total: 162 kursi atau 28,94 persen
3. Poros Golkar-Demokrat
Capres: Agus Harimurti Yudhoyono
Kekuatan:
Golkar: 91 kursi
Demokrat: 61 kursi
Total: 152 kursi atau 27,12 persen
Skema tiga poros akan terjadi jika:
1. Gugatan presidential threshold tidak dikabulkan MK.
2. Koalisi pemerintah gagal menjaga soliditasnya. Nasib Setnov dalam kasus e-KTP dipercaya sejumlah pihak bisa mengubah sikap.
3. PAN benar-benar bercerai dengan koalisi pemerintah. Sampai saat ini, sinyal tersebut terus menguat.
4. Prabowo dan SBY melakukan strategi yang serupa dengan pilkada DKI Jakarta lalu, yakni memecah suara di putaran I. (ps)