logo
×

Kamis, 01 Februari 2018

Polri Ajak Dialog Persaudaraan Alumni 212 soal Pidato Tito

Polri Ajak Dialog Persaudaraan Alumni 212 soal Pidato Tito

NUSANEWS - Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) akan berkomunikasi dengan Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) untuk memberikan pemahaman terkait pidato Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang dituduh menyudutkan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, selain Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal menilai, desakan Persaudaraan Alumni 212 agar Presiden Joko Widodo segera mencopot Tito dari jabatan Kapolri muncul karena tidak memiliki pemahaman secara utuh.

“Kami akan berkomunikasi. Mungkin saja belum paham seutuhnya,” kata Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).

Mantan Kapolrestabes Surabaya itu menerangkan, silaturahmi Tito ke sejumlah ormas Islam belum selesai.

Iqbal mengatakan, selanjutnya Tito akan bersilaturahmi ke sejumlah ormas Islam lain, tokoh agama, dan ulama untuk meyakinkan bahwa pidatonya tidak bertujuan untuk menyudutkan ormas Islam.

Ia berkata, Tito akan berupaya menggandeng semua pihak, karena Polri tidak bisa berjuang sendiri dalam melaksanakan tugas pengamanan.

“Bukan kali ini saja, sebelum viral video ini Kapolri menyampaikan mari gandeng semua pihak karena Polri tidak bisa sendiri mengamankan negeri ini,” ujar Iqbal.

Sebelumnya, Persaudaraan Alumni 212 meminta Jokowi segera mencopot Tito dari jabatan Kapolri karena telah menyudutkan umat Islam di luar NU dan Muhammadiyah melalui pidatonya soal ormas Islam.

“Kami minta pada Presiden Jokowi supaya Kapolri Tito Karnavian segera di copot dari jabatannya. Karena kami yakin masih ada perwira tinggi Polri yang betul-betul Pancasilais, paham sejarah bangsa sendiri, tidak membenci Islam serta bersahabat dengan umat Islam,” ujar Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif melalui siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, kemarin.

Persaudaraan Alumni 212 menganggap Tito telah melecehkan dan tidak menghargai umat Islam di luar kalangan NU dan Muhammadiyah. Hal itu disebutnya bertentangan dengan Pancasila serta berpotensi mengadu domba.

“Umat Islam sudah cukup terhina dengan kasus Ahok tahun lalu, terkejut ada Perppu Ormas yang ganjil, juga Victor Laiskodat si pembenci Islam tetap berkeliaran bebas, dan sekarang seorang Tito Karnavian mengekspresikan sikapnya di depan publik yang benar-benar tidak bisa kami terima,” kata Slamet.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: