
Oleh: M. Solihat,
Pemerhati Politik CIDES (Center for Information and Development Studies)
Prabowo bisa menang melawan Jokowi jika tepat memilih Cawapresnya. Sebaliknya Prabowo akan kalah melawan Jokowi jika salah memilih Cawapres.
Kriteria utama cawapres yang tepat mendampingi Prabowo adalah sipil-agamis. Ini untuk mengimbangi Prabowo yg nasionalis-tentara. Karena itu, tidak pas tokoh-tokoh sprti Gatot Nurmantyo atau Djoko Santoso mendampingi Prabowo. Bukan karena kemampuannya, tapi karena sama-sama mantan tentara.
Ada tiga tokoh potensial yg sangat tepat mendampingi Prabowo. Ketiganya gubernur atau mantan gubernur, yakni:
1. Anies Baswedan
2. Tuan Guru Bajang (TGB)
3. Ahmad Heryawan (Aher).
Ketiga tokoh tersebut sangat mumpuni, baik dalam kinerja maupun moral kepemimpinan. Tapi jika ditanya mana yang paling punya peluang besar untuk memenangkan pilpres, jawabnya: Anies Baswedan.
Mengapa Anies?
Anies punya pengalaman mengalahkan "jaringanJokowi" Ahok pada Pilkada DKI 2017. Tidak bisa dipungkiri di belakang Ahok ada kekuatan besar yang tidak mudah ditaklukan. Tapi kenyataannya Anies mampu melumpuhkan mereka.
Kekuatan besar itu diperkirakan akan membackup Jokowi pada pilpres 2019. Mereka akan sekuat tenaga mempertahankan Jokowi dan menumbangkan Prabowo atau siapa pun lawan Jokowi.
Pengalaman 2014 lalu Prabowo tumbang oleh mereka. Prabowo kalah oleh Jokowi.
Karena itu, agar tidak mengulangi kekalahan yang sama, Prabowo sangat tepat jika memilih Anies sebagai cawapresnya.
Bagaimana PKS, apakah koalisinya dengan Gerindra akan terganggu? Insya Allah tidak terganggu, PKS akan legowo. Toh dulu juga yg menyodorkan Anies kepada Prabowo untuk Pilkada DKI antara lain PKS.
Bukankah dalam kaidah fiqih berlaku pandangan: mendahulukan kepentingan yg lebih besar (NKRI) lebih utama dibanding mengurusi yang lebih kecil (DKI). Wallahu alam. (*)
SUMBER