logo
×

Jumat, 10 Agustus 2018

'NASAEB' Hendropriyono Jatuh Kepada Prabowo-Sandi

'NASAEB' Hendropriyono Jatuh Kepada Prabowo-Sandi

Oleh: Prijanto (Wagub DKI 2007-2012)

Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono, mantan Kepala BIN, Profesor bidang intelijen, dalam wawancara di TVRI beberapa waktu yang lalu, pernah menyampaikan pandangannya, bahwa pasangan Presiden dan Wakil Presiden ke depan harus orang yang kuat.

Beliau mengatakan, sosok tersebut harus memenuhi syarat sebagai sosok yang Nasionalis, Agamais dan Ekonom Pebisnis, disingkat NASAEB.

Siapa yang tidak kenal Hendropriyono? Salah satu arsitek yang memenangkan Jokowi sebagai Presiden. Karena itulah pandangan tersebut mengundang berbagai spekulasi.

Pandangan Hendropriyono, kontan ada yang mencurigainya sebagai penggiringan opini dalam menguatkan Jokowi kembali menjadi Presdien di 2019, utamanya menggiring opini untuk kriteria Cawapres Jokowi. Berbagai spekulasi muncul.

Apakah pandangan Hendropriyono mengarah kepada Sri Mulyani sebagai Cawapres Jokowi? Atau ekonom lain? Rasa curiga terhadap syarat Nasaeb menjadi menguat ketika Sri Mulyani mendapat penghargaan oleh organisasi keuangan dunia. Akankah Sri Mulyani jebolan IMF akan digandeng Jokowi?

Pengalaman saya ketika menjadi  Kepala Staf Pribadi Pangdam Jaya, ketika beliau Pangdam Jaya, berpikiran lain. Saya tahu persis kapasitas beliau. Apa yang disampaikan beliau ada dasar hitungannya. Syarat Nasaeb bukan dalam rangka menggiring opini, tetapi memang satu keharusan yang diimpikan sosok Hendropriyono dan rakyat Indonesia terhadap Kepala Negara dan Pemerintahan ke depan, untuk menghadapi persaingan global.

Pemimpin memang harus seorang nasionalis, artinya selalu berpikir untuk negara dan bangsanya. Keliru besar jika orientasinya lebih mementingkan asing. Presiden dan wakilnya harus dengan segala cara lebih mengedepankan kepentingan negara dan bangsanya, seperti tidak melakukan pembiaran pengedukan bumi, air dan udara serta sumber daya alam yang dikandungnya oleh swasta yang kerjasama dengan asing. Tidak boleh membiarkan tenaga kerja asing menjarah lapangan kerja rakyatnya. Itulah contoh sikap nasionalisme yng diimpikan rakyat.

Memang benar, pemimpin harus sosok yang agamais. Sosok agamais adalah sosok yang taat  melaksanakan ajaran agamanya. Dalam dirinya ada keimanan dan ketakwaan kepada Tuhannya. Karena tahu dirinya akan mati dan dimintai pertanggungjawaban Tuhannya, dirinya takut untuk melanggar ajaran agamanya. Kejujuran ada di dalam dirinya, dalam wujud tidak pernah bohong dan ingkar janji. Keadilan selalu melandasi perbuatannya, tidak memihak dan main politik belah bambu.

Nasionalis dan agamais adalah syarat karakter. Sedangkan syarat kemampuan dalam bekerja dan berkarya, untuk menyongsong perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional ke depan, diperlukan kecerdasan bidang Ekonomi-Bisnis. Mengapa, karena dengan kecerdasan bidang inilah yang akan bisa mewujudkan cita-cita  ‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’. Dengan demikian, pendapat Hendripriyono benar dan tidak tendensius.

Prabowo mengandeng Sandiaga Uno sebagai Cawapresnya, pilihan tepat mengikuti pemikiran Nasaeb Hendropriyono. Sikap nasionalis Sandi tak diragukan. Karakter dan cara bergaul Sandi dalam organisasi pengusaha muda Indonesia sebagai tolok ukur. Sandi selalu berpikir bagaimana dia bisa berbuat untuk rakyat kecil. Sandi sangat peduli untuk memajukan kehidupan rakyat kecil. Pemikiran-pemikirannya sudah dituangkan dalam program di DKI Jakarta.

Apakah Sandi sosok agamais? Sesuai tuntunan agamanya, patut dinailai sebagai sosok agamais. Sandi rajin sholat Subuh di Masjid, pulang jalan kaki menyapa dan ngobrol dengan jemaah lainnya. Sedekahnya kenceng tanpa harus publikasi, sejak dirinya belum Wagub. I’tikaf di masjid saat bulan Ramadhan, sholat Dhuha dan puasa tirakat sebagai kegiatan rutin tanpa publikasi baik dengan foto ‘selfie’ maupun ‘wefie’.

Apakah Sandi sosok Ekonom-Pebisnis? Dari beberapa artikel, Sandi adalah sosok Ekonom-Pebisnis yang sukses. Kesuksesan Sandi dimulai dari kehidupan luntang-lantung. Bekal tekad, kerja banting tulang, otak yang encer dalam melihat peluang bisnis, dan cara bergaul yang baik, telah mengantar Sandi dalam deretan pengusaha dengan aset triliunan rupiah.

Sesungguhnya, syarat Nasaeb untuk Presiden dan Wakil Presiden belumlah cukup. Dalam wawancara di TVRI, ketika saya mengenalkan Gerakan Kebangkitan Indonesia, saya berpendapat perlunya Nasaeb ditambah dengan pengetahuannya tentang aspek Astagatra.

Suka tidak suka, aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan-keamanan, geografi, demografi dan masalah sumber daya alam merupakan aspek yang tidak boleh luput dari pikiran pemimpin. Aspek astagatra harus dikelola oleh negara secara baik dan benar, agar bangsa Indonesia memiliki Ketahanan Nasional.

Pasangan Prabowo-Sandi sudah sesuai dengan syarat Nasaeb Hendropriyono dan Nasaeb plus Astagatra Prijanto. Keduanya bisa saling mengisi. Walau ada sindiran dari Parpol yang tidak senang pasangan ini, dengan menyebut hasil survei elektabilitas Sandi rendah, bukan masalah besar.

Mengapa, karena kemarin Sandi berjalan sendirian dan tidak doyan publikasi. Di sisi lain, belajar dari pasangan Sudrajat di Pilkada Jabar dan pasangan Sudirman Said di Pilkada Jateng, bermula dengan elektabilitas paling buncit, toh dalam waktu singkat melonjak mendekati kemenangan.

Bagi yang ingin ganti Presiden di 2019, tentu tidak ada jalan lain kecuali mendukung Prabowo-Sandi, karena hanya dua Paslon. Mesin politik dan mesin relawan harus kerja keras. Tidak hanya bekerja sampai dengan nyaris menang, tetapi sampai menang di Pilpres 2019. Selamat merenung. (*)

Rumah Kebangkitan Indonesia, 10 Agustus 2018.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: