
NUSANEWS - Pemerintah Venezuela mengumumkan akan menggelar demo massal pada Selasa, 11 September 2018, menentang Amerika Serikat.
Unjuk rasa besar-besar itu digelar terkait dengan laporan yang menyebutkan sejumlah pejabat Amerika Serikat melakukan pertemuan rahasia dengan para perwira militer Venezuela guna mendiskusikan kudeta terhadap Presiden Nicolas Maduro.
![]() |
Foto yang diambil dari video yang dirilis Venezolana de Television, Presiden Nicolas Maduro (tengah) tengah menyampaikan pidato saat istrinya Cilia Flores mendongak setelah terkejut melihat ledakan di langit, di Caracas, Venezuela, Sabtu, 4 Agustus 2018.[Venezolana de Television melalui AP] |
"Amerika Serikat mengakui telah melakukan pertemuan sedikitnya tiga kali dengan para pemimpin kudeta militer," kata Diosdado Cabello, juru bicara Dewan Konstituen, lembaga yang menjalankan roda pemerintahan Venezuela.
Pada sebuah petemuan dengan partai berkuasa Partai Sosialis Persatuan Venezuela, PSUV, Cabello juga melukiskan mengenai hubungan langsung antara ledakan drone pada 4 Agustus 2018 saat parade militer yang dihadiri Presiden Maduro dengan upaya kudeta.
"Upaya pembunuhan presiden yang dipimpin oleh Amerika Serikat berhasil digagalkan. Adakah yang meragukan?" ucap Cabello seperti dikutip Japan Times.
![]() |
Presiden Venezuela Nicolas Maduro memegang mata uang Venezuela baru Bolivar Soberano (Sovereign Bolivar) saat ia berbicara dalam pertemuan dengan para menteri di Istana Miraflores di Caracas, Venezuela 25 Juli 2018.[Istana Miraflores / Handout via REUTERS] |
Sejumlah pejabat Amerika Serikat memutuskan untuk tidak mengambil tindakan usai melakukan pertemuan dengan para pemimpin militer Venezuela sebagaimana dilaporkan The New York Times. Namun media ini tidak menyebutkan kaitan antara diskusi para pejabat tersebut dengan kasus ledakan bom.
Di akun Twitter, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan, "Benar benar tidak bisa diterima dan dibenarkan pejabat pemerintahan Amerika Serikat terlibat dalam pertemuan guna melancarkan aksi kekerasan oleh kaum ekstrimis."
Ketegangan hubungan diplomatik antara Venezuela dengan Amerika Serikat meninggi sejak mendiang Presiden Hugo Chavez berkuasa pada 1999. Chavez menjabat presiden hingga 2013.
![]() |
Diego Maradona berpose untuk seragam Argentina bersama presiden Venezuela Nicolas Maduro. Internet |
Sikap permusuhan terhadap Amerika Serikat dilanjutkan oleh penggantinya, Nicolas Maduro. Presiden dari kelompok sosialis ini menuduh Washington melakukan konspirasi dan upaya pembunuhan puluhan kali terhadap dirinya.
Pemerintahan Trump menuduh Maduro seorang diktator dan melakukan kritik terus menerus di tengah krisis melanda Venezuela. Krisis itu akibat dari sanksi keuangan terhadap Venezuela dan perusahaan minyak negara PDVSA.
SUMBER