
NUSANEWS - Penanganan korban gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah terkendala minimnya tenaga medis.
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Made Wijaya mengatakan rumah sakitnya kekurangan tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat. "Kami memang kesulitan baik personil kesehatan, dan personil farmasi, itu kami butuhkan," kata Made di Palu, Sulawesi Tengah, Ahad, 30 September 2018.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,7 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 17.02. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berada di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala.
Hingga Sabtu malam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah ada 420 korban meninggal. Selain itu, 500 orang diperkirakan luka-luka akibat gempa dan tsunami ini. Terdapat banyak bangunan seperti rumah, kantor, dan fasilitas umum rusak
Made mengatakan saat ini RS Bhayangkara hanya memiliki empat tenaga kesehatan sejak hari kedua musibah terjadi. Tenaga medis itu terdiri dari tiga orang perawat dan satu orang dokter. "Ada juga tenaga bantuan dari Sulawesi Barat sekitar 20 orang," kata dia.
Made menuturkan RS Bhayangkara sedang menunggu tenaga bantuan kesehatan dari wilayah sekitar Palu. Tenaga medis itu, kata dia, berasal dari Gorontalo dan Sulawesi Utara. "Rencananya hari ini akan datang," ujar dia.
Menurut Made, tenaga medis dibutuhkan karena banyak korban luka yang dilarikan ke RS tersebut. Namun, dia tak menutup kemungkinan para tenaga medis itu juga menjadi korban dalam musibah kemarin. "Ada anggota rumah sakit kami dua sampai sekarang belum diketahui keberadaannya," katanya.
Made mengatakan RS Bhayangkara menampung korban luka ringan hingga luka serius akibat tsunami Palu. Sebab, kata dia, korban yang dirujuk ke rumah sakit besar seperti RS Undata juga tak bisa ditindaklanjuti. "Keadaannya juga sama. Di sana juga tak bisa melakukan tindakan lebih," kata Made.
SUMBER