
NUSANEWS - Tiga bulan lebih Rizal tidak menjalani aktivitas seperti remaja sebayanya. Hanya terbaring lemah di lincak. Kulit yang semula kencang mulai keriput.
”Wa'alaikumsalam,” jawab seorang laki-laki mengenakan kopiah hitam dengan baju batik warna dasar putih. Dia adalah Hasan, 35, ayah Achmad Rizal.
Sembari menjulurkan tangan untuk berjabat tangan. Hasan mempersilakan masuk Jawa Pos Radar Madura (JPRM) ke rumahnya di Desa Kendaban, Kecamatan Tanah Merah, Bangkalan, Selasa siang (6/11).
Duda itu mengantarkan koran ini ke tempat Rizal terbaring. Remaja 14 tahun itu sudah tujuh bulan diserang kanker tulang di bahu kanan. Rizal langsung tersenyum mengetahui kedatangan JPRM. Selain ditemani bapak tercinta, Rizal juga dijaga bibinya. Dia adalah Tira, 48, saudara kandung Hasan. Dialah yang banyak menceritakan riwayat penyakit keponakannya itu.
Tira menceritakan penyakit yang diderita Rizal. Penyakit itu berawal dari kecelakan yang dialami oleh keponakannya. Sekitar 7 bulan lalu rizal sering mengeluh sakit di bagian bahu kanan. Namun saat ditanya, Rizal selalu tidak menjawab. ”Ditanya apa pernah jatuh? Dia mengaku tidak, tidak terus,” ucapnya.
Tiga bulan kemudian Tira mendapat kabar bahwa Rizal penah mengalami kecelakaan. Informasi itu dia peroleh dari sepupu Rizal. Semenjak itu dirinya langsung membawa Rizal ke tukang pijat tradisional.
”Setelah dipijat, sembuh. Tahu-tahunya sudah ada benjolan besar. Saya tidak tahu karena memakai baju lengan panjang terus,” ceritanya.
Tira mengetahui keponakannya sedang tidak baik-baik saja ketika melihat bahu Rizal mulai membesar. Benjolan yang semakin membesar itu diduga kanker tulang. Dia tahu ketika ada teman sekolahnya main ke rumahnya. ”Ketika bajunya dibuka ternyata sudah membengkak besar,” ujarnya.
Keluarganya telah membawa Rizal menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit di Bangkalan. Namun, dokter yang menangani meminta agar bahu Rizal segera diamputasi. ”Tapi dia (Rizal) takut tangannya dipotong. Ya sudah dipulangkan saja,” sambung Tira.
Perempuan yang hari itu berbaju hitam tersebut menambahkan, seusai menjalani perawatan medis, pihaknya sering membawa remaja kelas IX SMP itu ke tempat pengobatan tradisional. Namun kondisnya tetap tidak membaik. ”Sudah dibawa ke mana-mana untuk mencari obat. Tetapi, tetap tidak ada perkembangan,” tambahnya.
Tira berharap perhatian pemerintah terhadap kondisi keponakannya itu. Dia mengaku sudah tidak tahu mau membawa Rizal ke mana lagi. Karena terkendala dengan biaya. Sudah tiga bulan Rizal tidak bisa beraktivitas seperti teman sebayanya. Bahkan untuk buang air kecil saja harus dibantu menggunakan slang.
Sementara Rizal memiliki keinginan untuk sembuh. Masih ingin bermain dengan teman-temannya seperti sedia kala. Akibat penyakit yang dideritanya itu Rizal mengaku mengalami kesulitan untuk bernapas. ”Kalau mau napas sulit,” ucapnya tersendat-sendat.
Plt Kepala Dinkes Bangkalan Sudiyo mengaku telah menerjunkan petugas medis untuk mendatangi rumah Rizal. Sudah menerjunkan dokter dan perawat ke sana. ”Sudah diedukasi agar dibawa ke rumah sakit. Tetapi keluarganya menolak,” ucapnya.
SUMBER