
Nusanews.com - Cagub DKI petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyindir koalisi besar tujuh partai politik, “Koalisi Kekeluargaan”, sebagai koalisi bahas anggaran secara kekeluargaan.
Kepada intelijen (09/08), pengamat politik Ahmad Lubis menilai, pernyataan Ahok itu justru bisa menjadi bumerang, mengingat di koalisi parpol pendukung Ahok juga ada bagi-bagi kekuasaan.
“Ahok menyindir koalisi Kekeluargaan dengan membahas anggaran secara kekeluargaan, padahal di koalisinya Ahok ada Setya Novanto yang terkenal Papa Minta Saham,” tegas Ahmad Lubis.
Kata Lubis, saat ini, Ahok selalu mengopinikan bahwa koalisi pendukung Ahok itu bersih. “Padahal di situ ada Setnov. Koalisi yang dibangun Ahok juga bagi-bagi kekuasaan. TemanAhok saja dibohongi apalagi pemilihnya nanti,” ungkap Lubis.
Lubis menegaskan, Ahok banyak melakukan manipulasi fakta dengan mengopinikan dirinya bersih. “Padahal namanya disebut-sebut dalam banyak kasus hukum. Kalau Ahok tidak berteman dengan Jokowi, Ahok bisa masuk penjara,” pungkas Lubis.
Sebelumnya Ahok menyindir koalisi kekeluargan hanya untuk membahas anggaran agar bisa dinikmati sebagian elit saja. “Ya mungkin semuanya kekeluargaan. Bahas anggaran kekeluargaan, diskusi kekeluargaan, mau diskusi sama pejabat juga kekeluargaan. Mungkin itu maksudnya,” kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta (09/08).
Koalisi besar dibentuk guna menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017. Basuki tidak mempermasalahkan adanya koalisi tersebut. Apalagi, pembentukan “Koalisi Kekeluargaan” baru pada tingkat pengurus partai wilayah DKI Jakarta.
“Saya enggak ngerti, ideologinya beda, makanya mesti kekeluargaan. Kalau kekeluargaan, kan enggak ada yang bertarung dong, namanya juga keluarga,” kata Ahok. (it)