
NUSANEWS - Myanmar yang dihuni mayoritas umat Buddha memiliki sebuah organisasi pergerakan anti-muslim yang dipimpin oleh Wiseitta Biwuntha, sering disapa Yang Mulia Ashin Wirathu. Gerakan itu bernama 969.
Seperti apa sebenarnya sosok pria 49 tahun yang dikenal sangat anti-muslim itu? Berikut fakta-fakta tentang Wirathu:
1. Memimpin gerakan anti-muslim 969
Meski gerakan 969 dikendalikan oleh biksu garis keras tapi mereka didukung oleh kalangan luas, baik di pemerintahan dan akar rumput. Gerakan ini berkembang dan tumbuh di masyarakat bawah, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (27/6/2013).
"Dengan membiarkan kami memberi ceramah-ceramah untuk melindungi agama dan ras kami, saya nilai mereka mendukung kami," kata Wimala, biksu 969.
Perwakilan dari Asosiasi Muslim Birma di Kota Yangon, Myo Win, menyadari hal serupa.
"Gerakan anti muslim terus tumbuh dan pemerintah tidak menghentikannya," kata Myo Win, seorang guru muslim. Dia juga menyebut 969 sama dengan kelompok ekstrem Ku Klux Klan di Amerika Serikat.
Logo 969 kini paling dikenal di Myanmar. Logo itu berbentuk lingkaran cakra dengan empat singa Asia di bagian tengahnya menggambarkan keturunan Budha Ashoka. Sticker berlogo 969 ini kerap dibagikan gratis saat ceramah-ceramah. Sticker ini juga ditempel di berbagai tempat dan benda-benda seperti pintu toko, pintu rumah, taksi, kios cinderamata.
Umat Buddha dan segala yang mendukung 969 beralasan Wirathu hanya bermaksud melindungi dan menyebarkan agama negara, Budhha. Wirathu mulai menyebarkan gerakan 969 pada 2001 ketika Taliban menghancurkan patung Budhha di Bamiyan, Afganistan. Dua tahun kemudian Wirathu ditangkap dan divonis penjara 25 tahun karena menyebarkan pamflet anti muslim yang memicu kerusuhan hingga menewaskan sepuluh muslim.
2. Disebut majalah Time sebagai teroris
Wirathu pernah jadi sampul majalah TIME bertajuk 'Wajah Teror Pengikut Buddha' pada Juli 2013. Dia diduga kuat dalang pengerahan massa pembantai muslim Rohingya.
Dalam beberapa kali wawancara dan khotbah, Wirathu konsisten mengampanyekan perlunya Myanmar terus menjadi negara Buddhis. Kalau perlu pendatang asing seperti muslim Rohingya harus dibatasi, bila tidak bisa dihabisi.
Wiratu mengklaim dirinya sebagai Bin Ladin asal Burma ini menyebut muslim sebagai musuh. Dia juga menuding muslim Myanmar sumber kejahatan. "Tugas saya adalah menyebarkan misi ini," ujarnya. "Saya hanya bekerja bagi orang-orang percaya terhadap ajaran Buddha."
Pemerintah Myanmar kemudian melarang majalah Time edisi itu karena isinya dianggap menceritakan kekerasan umat Buddha terhadap warga muslim.
3. Menyamakan diri dengan Donald Trump
Ashin Wirathu, biksu radikal Myanmar menyamakan dirinya dengan sosok Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih Donald Trump.
"Kami (dia dan Trump-red) disalahkan oleh warga dunia. Padahal kami hanya ingin melindungi rakyat dan negara kami," kata Wirathu dalam sebuah wawancara di Mandalay 12 November lalu, seperti dilansir the Hindu, Jumat (18/11).
"Orang-orang menganggap kami berpikiran sempit. Tapi rakyat di negara demokrasi yang menjunjung hak asasi memilih Donald Trump, orang yang mirip dengan saya dalam hal mengutamakan nasionalisme," lanjut dia.
Dia menuturkan, di Amerika ada organisasi yang melindungi warga dari Islamisasi. Organisasi itu bisa bertemu dengan organisasi di Myanmar buat berdiskusi.
"Myanmar tidak butuh saran dari negara lain," kata dia.
Wirathu selama ini dituding sebagai sosok penyebar kebencian terhadap warga muslim di Myanmar, negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha. Dalam konflik yang pecah pada 2012, sekitar 200 warga tewas dan ratusan ribu penduduk terpaksa mengungsi, kebanyakan mereka adalah muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine. (mdk)