
NUSANEWS - Berada di lokasi bencana dalam waktu yang cukup lama rawan menimbulkan stres bagi relawan.
Tapi tim Relawan Bogor punya cara jitu menghilangkan kepenatan. Yaitu membuat kompetisi antar kelompok relawan dalam membantu korban gempa Palu, Donggala dan Sigi.
Tim Relawan Bogor yang terdiri dari dokter, paramedis dan ahli patah tulang, dibagi dua kelompok.
Untuk membuat persaingan lebih sengit, dua kelompok ini diberi nama Tim Cebong dan Tim Kampret.
Saban hari mereka menyusuri posko pengungsian dan daerah terpencil di Palu, Sigi dan Donggala untuk membantu warga sebanyak-banyaknya. Setiap malam pula dilakukan rapat evaluasi dan diumumkan jumlah warga yang diobati.
“Meski keharusan, tapi dengan membagi anggota tim ke dalam dua kelompok sudah melahirkan kompetisi bagi mereka.
Setiap hari dua tim ini berlomba mencatat jumlah warga yang diobati,” kata Benny Irawan, Ketua Tim Relawan Bogor.
Dari hasil evaluasi itu diketahui pemenang hari itu adalah tim dengan jumlah pasien terbanyak. “Jadi kompetisi ini memberi motivasi tersendiri bagi kami untuk membantu korban gempa sebanyak mungkins etiap hari,”
jelas Benny yang juga ketua Tim Kampret. Senada dikatakan Ketua Tim Cebong, dr Budi Suarman, persaiangan tidak resmi ini membuat setiap anggota berpikir dan bekerja keras setiap hari agar bisa melayani banyak pasien.

“Efeknya sangat positif terhadap misi utama kami datang ke Palu. Membantu sebanyak mungkin warga terdampak gempa,” kata dr Budi yang juga perwakilan IDI dan Dinas Kesehatan Kab Bogor ini. Menurutnya, kompetisi sehat dua tim ini membuat mereka bersemangat menjangkau menjangkau daerah terpencil terutama di Sigi dan Donggala.
“Kebetulan Tim Relawan Bogor memang menargetkan menyentuh daerah yang belum atau masih jarang dibantu relawan medis lain,” jelasnya. Berkat persaiangan Tim Kampret dan Cebong itu pula membuat suasana di lokasi bencana semakin rileks. Sebab canda tawa selalu mengiringi pencarian titik-titik pengungsian.
SUMBER