logo
Rabu 21 Mei 2025
×
Rabu, 21 Mei 2025

Minggu, 06 November 2016

Ngacir Saat Didemo Rakyat, Pengamat: Dimana Sosok Jokowi yang Merakyat?

Ngacir Saat Didemo Rakyat, Pengamat: Dimana Sosok Jokowi yang Merakyat?

NUSANEWS - Sikap presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meninggalkan Istana Negara dan tak mau menemui demonstran disayangkan banyak pihak. Apalagi info soal demonstrasi 4 November ini sudah viral terdengar sampai istana negara.

Meninggalkan istana dalam kondisi semacam itu bukan sikap negarawan yang baik. "Sosok Jokowi yang populis, merakyat, dan doyan blusukan nyaris tak menemukan relevansinya karena enggap menemui pada demonstran," kata pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno, Sabtu (5/11/2016).

Menurutnya, keterangan pers yang disampaikan Presiden malah membuat situasi makan gaduh. Alih-alih membuat pernyataan yang meneduhkan, Jokowi kian memancing panas situasi dengan menuding ada aktor politik yang menunggangi demo tersebut. (Baca: Jokowi Sebut Demo 4 November Telah Ditunggangi Aktor Politik)

Seharusnya demo dimaknai sebagai aktivitas politik warga negara biasa secara suka rela untuk menyampaikan aspirasinya. Sebab itu, Jokowi tidak perlu paranoid ketakutan berkebihan.

"Terbukti, saat wapres JK menemui para demonstran dialog yang terbangun konstruktif dan damai," tandasnya.

Sikap Jokowi yang meninggalkan istana itu memantik spekulasi publik. Pertama, Jokowi kebingungan jika bukan ketakutan, dengan jumlah massa yang cukup besar. Apalagi selama dua tahun menjadi Presiden nyaris tidak ada tekanan berarti dari gerakan ekstra parlementer. Semua aktivis bungkam seolah bangsa ini tak terjadi apa-apa.

"Padahal dalam banyak hal, negara ini berada di tepi jurang. Jokowi bingung karena tak ada solusi untuk menghadapi tuntutan demonstran," katanya.

Kedua, Presiden sengaja menghindar karena menganggap demonstrasi sebagai sesuatu yang remeh temeh. Jokowi harus ingat Setya Novanto lengser di tengah dari posisi ketua DPR akibat tekanan publik yang deras.

Begitupun penolakan terhadap BG sebagai calon tunggal Kapolri karena tekanan publik yang dahsyat. "Termasuk Soerharto tumbang pun akibat pressure publik yang massif," katanya. (sn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: