NUSANEWS - Hingga kini, polisi masih terus menyelidiki kasus pembunuhan satu keluarga Jartirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi.
Sejumlah barang bukti sudah didapatkan. Termasuk memeriksa 12 saksi yang terdiri dari keluarga korban dan tetangga.
Akan tetapi, misteri pembunuhan sadis itu hingga kini masih menjadi misteri dan belum menemukan titik terang.
Pun dengan pelaku, jumlah pelaku dan motif yang melatarbelakangi peristiwa memilukan tersebut.
Pakar Psikologi Forensik Pendidikan dan Latihan Mahkamah Agung Reza Indra Giri menduga, motif pelaku pembunuhan adalah dendam.
Salah satu alasannya adalah, jumlah korban yang lebih dari satu.
“Karena korbannya lebih dari satu, dan meninggal dunia,” ungkap Indra, Rabu (14/11/2018).
Hal lain yang sangat dimungkinkan adalah, pelaku memiliki dendam yang sengat besar terhadap korban.
“Dengan kondisi sedemikian rupa, mudah bagi kita untuk berspekulasi ini pelaku datang ke rumah korban dengan membawa sepikul dendam,” bebernya.
Pada kenyataannya, kata Indra, pelaku menggunakan dua cara yang berbeda dalam menghabisi empat nyawa korbannya.
“Dalam kepala saya, ini bisa dipilah dengan dua kelompok. Yaitu korban dewasa dan korban anak-anak,” katanya.
Diperum Nainggolan (ayah) dan Maya Boru Ambarita (ibu), diduga dibunuh dengan cara menggorok lehernya.
Sedangkan kedua anak korban, Sarah Boru Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7) diduga dibunuh dengan dibekap sampai kehabisan nafas.
“Korban dewasa (Daperum dan Maya) dihabisi dengan senjata tajam. Sementara korban anak-anak dihabisi dengan cara dibekap, disumbat pernafasannya,” jelas Indra.
Dirinya juga menduga jika pembunuhan yang dilakukan pelaku terjadi saat pelaku dalam kondisi emosi dan amarah yang meluap-luap.
“Dengan cara menghabisi satu keluarga, ya kita bayangkan bahwa pelaku datang ke sini dengan luapan emosi yang sedemikian dahsyat,” imbuhnya.
Kendati demikian, Indra menduga bahwa pelaku tidak melakukannya dengan membabi-buta.
Justru menurutnya, pelaku memiliki kontrol emosi yang cukup baik sehingga memilih cara menghabisi korban dengan dua cara tersebut.
“Itu justru mengindikasikan pelaku yang emosional dan amarah yang meluap terpatahkan. Karena terbukti bahwa pelaku di TKP dia pilah cara menghabisinya,” tuturnya.
“Itu mengindikasikan jika pelaku ada kontrol diri, ada kendali emosi yang cukup baik,” lanjut Indra.
Seperti diberitakan PojokSatu.id sebelumnya, pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong nangka 2 RT 002/07 Kelurahan Jatirahayu Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi terjadi pada Selasa (13/11/2018).
Pembunuhan satu keluarga yang sadis itu menewaskan empat korban penghuni rumah yang juga membuka toko itu.
Mereka adalah pasangan suami-istri Daperum Gaban Nainggolan (38) dan Maya Sofianti Ambarita (37).
Selain suami-istri tersebut, kedua anak korban Sarah Nainggolan (9), dan Arya Nainggolan (7) juga diketahui dibunuh pelaku.
Korban Deparum dan Maya ditemukan di ruang tivi dengan leher tergorok dan bersimbah darah.
Deparum dalam posisi terlentang sedangkan Maya dalam posisi miring. Kepala keduanya juga ditutupi bantal dan kain.
Sedangkan jenazah kedua anaknya ditemukan dalam posisi terlentang di kamarnya. Diduga keduanya dibunuh dengan cara dibekap.
Sementara, polisi juga memastikan bahwa barang-barang berharga milik korban di TKP tidak ada yang hilang.
Hal itu memperkuat dugaan bahwa pembunuhan sadis tersebut kecil kemungkinan dilatarbelakangi motif ekonomi.
Di sisi lain, salah seorang tetangga korban, Lita (29) mengaku mendengar Deparum sehari sebelumnya cekcok dengan seseorang melalui sambungan telepon.
Dalam komunikasi yang di-loudspeaker itu, Lita mendengar korban tengah membicarakan soal uang dan mobil dalam bahasa Batak.
Peristiwa itu juga menguak fakta lain tentang surat Sarah, anak pertama pasangan suami-istri tersebut.
Polisi menemukan sepucuk surat yang ditulis oleh Sarah dan ditujukan kepada kedua orangtuanya beberapa hari sebelum kejadian.
Dalam sura itu, Bocah sembilan tahun tersebut berjanji tidak akan patuh kepada orangtuanya dan berjanji akan rajin belajar dan membaca Alkitab.
SUMBER