NUSANEWS - Sebagian besar wilayah Indonesia tengah dilanda cuaca ekstrem. Akibatnya, curah hujan di beberapa wilayah meningkat signifikan.
Tingginya debit air menimbulkan genangan hingga banjir besar di sejumlah daerah. Bahkan akhir Oktober lalu, serempak sejumlah daerah kebanjiran.
Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang mengalami banjir cukup parah. Air yang menggenang berarus besar hingga menyeret beberapa kendaraan terparkir.
Tercatat sudah dua kali banjir besar terjadi di Bandung dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Pada akhir Oktober lalu, ruas Jalan Pasteur dan beberapa bangunan di sekitarnya kebanjiran. Kemudian pada Rabu (9/11) lalu, giliran kawasan Pagarsih jadi lautan. Bahkan kawasan Gedebage yang diyakini tak lagi banjir karena telah dibangun tol air, nyatanya tetap ada genangan tinggi.
![]() |
banjir pasteur dan saritem 2016 facebook.com/Gerry Immanuel |
Melihat peristiwa banjir di beberapa kawasan, apa reaksi Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil?
Saat banjir di Pasteur lalu, pria yang akrab disapa Emil itu kebetulan berada di Belanda. Dia memohon maaf pada warga atas apa yang terjadi.
Emil berdalih, sebenarnya saat ini Pemkot Bandung tengah melakukan berbagai program untuk menanggulangi banjir. Salah satunya dengan memperbesar sejumlah gorong-gorong. Sayangnya, pelebaran gorong-gorong itu kurang memadai.
"Rencana ke depan, sistem tol air akan dipasang di Pasteur/Pagarsih seperti halnya yang dipasang di Gede Bage yang biasanya banjir, siang tadi tidak banjir," janjinya.
![]() |
Kawasan Gedebage banjir |
Dikatakan Emil, permasalahan banjir beberapa pekan ini benar-benar di luar prediksi dirinya. Emil memastikan Pemkot Bandung terus bekerja keras mengentaskan masalah klasik tersebut.
"Kita tidak terlalu paham secara ilmiah karena berbulan-bulan juga kan enggak banjir di sana. Tapi pas kemarin ada situasi yang menyebabkan itu. Tentunya sebagai Pemerintah Kota saya bertanggung jawab, karena kami ada keterbatasan APBD untuk memperbaiki gorong-gorong. Sekarang perbaikan di Dago dengan gorong-gorong dua kali dua meter," bebernya.
Terkait banjir di Gede Bage, Emil mengklaim karena debit air yang tinggi. Dia memastikan tol air di sana sudah bekerja dengan baik.
"Tetap bekerja cuma karena volume air besar jadi balapan dengan air yang debitnya besar," ujar dia.
"Kan dalam hitungan waktu bisa surut juga. Jadi saya klarifikasi saat volumenya biasa itu bisa kering 100 persen, tapi kalau volumenya berlebih itu tidak pernah kita duga," sambungnya.
Sedangkan untuk banjir di Pagarsih, pada dasarnya Emil mengaku heran. Menurutnya, gorong-gorong sudah diperlebar yang artinya lalu lintas air harusnya lebih lancar.
![]() |
banjir di kawasan Pagarsih |
"Banjir di Pagarsih saya enggak ngerti karena sudah diperlebar gorong-gorongnya dua kali dua meter, itu pun dipasang dua. Setelah diperbaiki ternyata masih begitu juga," keluh pria berkacamata itu.
Menurutnya, banjir Pagarsih baru-baru ini saja terjadi. Dua tahun berturut-turut, klaimnya, kawasan itu justru tak pernah kebanjiran.
"Sok media hitung dari dua tahun lalu hitung. Kan enggak setiap hujan langsung banjir, hanya cuaca ekstrem hari ini debitnya luar biasa besar," jelasnya.
Dia merasa sudah melakukan perbaikan sebagai upaya mengurangi dampak banjir terutama di Pagarsih. "Kita terus perbaiki, salah satunya akan bikin danau resapan untuk mengurangi air sebelum masuk ke Pagarsih. Danau yang fungsinya memarkirkan air. Ini jawaban saya yang kesekian kali. Pagarsih itu udah kita perbaiki dari 2015 tapi ternyata kurang memadai," ucap Emil mengakui.
Meski demikian, Emil mengklaim, Pemkot Bandung tidak pernah tinggal diam untuk membenahi saluran air yang buruk hingga menyumbat aliran air. (mdk)