logo
Selasa 20 Mei 2025
×
Selasa, 20 Mei 2025

Rabu, 08 Februari 2017

Gagal Stabilkan Gula, Bulog Wajib Dievaluasi

Gagal Stabilkan Gula, Bulog Wajib Dievaluasi

IDNUSA - Badan Urusan Logistik (Bulog) gagal melaksanakan amanat pemerintah untuk menstabilkan harga sejumlah komoditas pangan, khususnya gula.

Terbukti di tahun 2016 lalu, Bulog tidak mampu menstabilkan harga gula terutama saat menjelang Hari Raya Idul Fitri yang menembus harga Rp 14.000/ kg. Sementara, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500/ kg. Lebih ironis karena Bulog saat itu mengantongi izin impor 100 ribu Ton White Sugar dan ditambah impor Raw Sugar 267 ribu ton.

"Mestinya, dengan kegagalan tersebut, pemerintah tidak lagi memberikan penugasan impor gula kepada Bulog," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI), Soemitro Samadikoen, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/2).

Sekjen DPN APTRI, Nur Khabsin, menambahkan, ketika rencana impor digulirkan tahun lalu, Kementerian BUMN menjanjikan kompensasi kepada petani berupa rendemen 8,5 persen. Janji tersebut diingkari sehingga petani tetap merugi.

Menurut keterangan resmi pemerintah, lonjakan harga gula nasional akibat kekurangan stok gula nasional. Itu pun jadi dalih kebijakan impor. Tahun 2016, Kementerian BUMN menugaskan Blog untuk mengimpor 100 ribu ton white sugar dan raw sugar 267 ribu ton. Tapi, selain mengakibatkan petani tebu merugi, impor tersebut juga tidak berpengaruh pada stabilisasi harga gula di tingkat eceran.

"Anehnya lagi, sebagian gula impor tersebut saat masih berada di gudang," jelas Soemitro.

Selain itu, DPN APTRI juga mengingatkan penegak hukum, baik Polri maupun KPK, untuk segera mengusut dugaan fee Rp 1000 dari setiap kg raw sugar impor yang diduga diberikan kepada pihak tertentu di Bulog.

Selain kegagalan menstabilkan harga gula, urgensi pemerintah untuk mengevaluasi Bulog juga terkait pembelian pabrik gula PT Gendhis Multi Manis (PT GMM) oleh Bulog pada September 2016. Akuisisi perusahaan gula swasta di Blora, Jawa Tengah, dinilai APTRI menimbulkan tanda tanya besar karena saat ini ada rencana penutupan 11 Pabrik Gula BUMN ( sembilan diantaranya ada di Jawa Timur ) sudah di depan mata. Justru, Bulog tidak mengambil alih pabrik-pabrik gula tersebut. Padahal, Bulog tidak harus mengeluarkan keuangan sebagaimana yang dilakukan dengan pembelian PT GMM.

"Hasil kajian Bahana Securitas menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut tidak efisien. Tapi anehnya Bulog tetap ngotot membelinya. APTRI sudah menginformasikan juga temuan ini ke ICW bulan lalu. Sekarang masih dikaji,” pungkasnya. (rm)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: